MAIDUGURI, Nigeria (Reuters) – Militan Islam menewaskan sedikitnya 10 orang dan menawan dua wanita dalam serangan terhadap konvoi di Nigeria utara yang menargetkan orang Kristen dan mereka yang terkait dengan kelompok bantuan internasional, kata saksi mata pada Jumat (27 Desember).
Dalam serangan 22 Desember, mereka mengatakan kepada Reuters, militan yang menyamar sebagai tentara menghentikan konvoi kendaraan komersial yang melakukan perjalanan menuju Maiduguri di negara bagian Borno timur laut dan meminta penumpang dalam bahasa Inggris untuk menunjukkan kartu identitas.
Para militan memisahkan orang-orang yang mereka tentukan bekerja untuk kelompok-kelompok bantuan internasional, beragama Kristen atau bekerja dengan polisi atau Civilian Joint Task Force (CJTF), sebuah koalisi kelompok-kelompok main hakim sendiri sipil yang dibentuk untuk memerangi militan Boko Haram.
Ini menembaki orang-orang yang terkait dengan tiga kelompok ini, menewaskan 10, termasuk empat yang menurut saksi memiliki kartu identitas yang menghubungkan mereka dengan kelompok-kelompok kemanusiaan.
“Mereka meminta para pekerja bantuan itu, dan yang lainnya, untuk bergerak ke arah utara (sisi jalan) dan mulai menembaki mereka secara sporadis, membunuh mereka,” kata saksi setempat Babagana Kachallah kepada Reuters.
Kachallah mengatakan militan menangkap dua wanita yang diyakini bekerja untuk kelompok bantuan internasional.
Dua saksi lainnya, anggota keluarga dari salah satu dari mereka yang ditembak mati dan dua sumber yang bekerja dengan kelompok-kelompok bantuan di Nigeria, mengkonfirmasi serangan itu.
Tidak segera jelas apakah militan itu terkait dengan Boko Haram atau faksi militan lainnya, Negara Islam di Provinsi Afrika Barat (ISWAP).
Nigeria mengumumkan pada bulan September bahwa mereka akan mengharuskan siapa pun yang bergerak melalui negara bagian timur laut Adamawa, Borno dan Yobe untuk membawa kartu identitas untuk membantu pihak berwenang membasmi anggota Boko Haram dan Negara Islam.
ISWAP mengatakan pada hari Jumat bahwa mereka telah mengeksekusi 11 tawanan Kristen yang sebelumnya diculik di negara bagian Borno.
