WASHINGTON (Reuters) – Presiden AS Donald Trump berencana untuk mencalonkan wakil perwakilan khusus Departemen Luar Negeri untuk Korea Utara ke sebuah jabatan di Perserikatan Bangsa-Bangsa, Gedung Putih mengatakan pada Selasa (11 Februari).
Alex Wong telah dinominasikan untuk menjadi perwakilan alternatif AS untuk urusan politik khusus di badan dunia dengan pangkat duta besar, kata pernyataan Gedung Putih.
Langkah ini mengikuti sebuah laporan yang menunjukkan bahwa Trump, yang mengadakan serangkaian pertemuan puncak yang belum pernah terjadi sebelumnya tetapi sebagian besar tidak membuahkan hasil dengan pemimpin Korea Utara Kim Jong Un yang bertujuan membujuk Kim untuk menyerahkan senjata nuklirnya, dapat kehilangan minat dalam upaya tersebut.
CNN pada hari Senin mengutip dua sumber yang akrab dengan masalah ini yang mengatakan bahwa Trump, frustrasi karena kurangnya kemajuan, telah mengatakan kepada penasihat kebijakan luar negeri bahwa dia tidak ingin pertemuan puncak lagi dengan Kim sebelum pemilihan presiden AS pada bulan November.
Pembicaraan antara kedua belah pihak telah terhenti sejak tahun lalu karena ketidakmampuan untuk mendamaikan tuntutan Korea Utara untuk bantuan dari sanksi hukuman dan konsesi lainnya dan tuntutan AS agar Korea Utara melakukan denuklirisasi.
Utusan senior AS untuk Korea Utara, Stephen Biegun, mengambil alih pekerjaan wakil menteri luar negeri pada bulan Desember.
Sementara Korea Utara belum menguji bom nuklir atau rudal jarak jauh sejak 2017, sebuah laporan rahasia PBB yang dilihat oleh Reuters pada hari Senin mengatakan pihaknya terus meningkatkan program rudal nuklir dan balistiknya tahun lalu yang melanggar sanksi PBB.
Korea Utara tidak bertindak atas ancaman untuk memberi Amerika Serikat “kejutan Natal” yang dikhawatirkan beberapa orang dapat melibatkan kembali ke pengujian, tetapi Kim telah memperingatkan bahwa dunia akan segera melihat “senjata strategis baru.”
Pada hari Selasa, think tank Pusat Studi Strategis dan Internasional (CSIS) Washington mengatakan citra satelit dari situs nuklir utama Korea Utara di Yongbyon yang diambil pada 10 Februari menunjukkan tiga gerbong khusus yang telah dikaitkan dengan pergerakan bahan radioaktif di masa lalu.
