Long March 5, yang mampu membawa hingga 25 ton, sebanding dalam kapasitas dengan Delta IV Heavy buatan AS dan Proton-M Rusia, beberapa peluncur paling kuat yang ada, menurut NASASpaceFlight.com.
Sebaliknya, Saturn V AS, yang mengirimkan astronot ke Bulan pada tahun 1969, dirancang untuk mengirimkan sekitar 140 ton muatan ke orbit Bumi rendah.
AMBISI LUAR ANGKASA
Beijing telah menginvestasikan miliaran dolar dalam program luar angkasanya dalam upaya untuk mengejar ketinggalan dengan saingannya Amerika Serikat dan menegaskan statusnya sebagai kekuatan utama dunia.
Pada tahun 2003, raksasa Asia, yang sekarang menghabiskan lebih dari Rusia dan Jepang untuk program luar angkasa sipil dan militernya, menjadi negara ketiga yang menempatkan manusia ke orbit.
Pada Januari 2019, China menjadi negara pertama yang mendaratkan probe di sisi jauh Bulan.
Pendarat Chang’e-4 – dinamai dewi Bulan dalam mitologi Cina – merilis rover di Cekungan Kutub Selatan-Aitken Bulan tak lama setelah Tahun Baru.
Pada bulan November, China menyelesaikan tes pendarat eksplorasi Mars, menjelang misi pertamanya ke Planet Merah yang dijadwalkan pada tahun 2020 yang direncanakan untuk mengerahkan rover untuk menjelajahi permukaan Mars.
China juga bertujuan untuk memiliki stasiun ruang angkasa berawak di orbit pada tahun 2022.
Tiangong – atau “Istana Surgawi” – diatur untuk menggantikan Stasiun Luar Angkasa Internasional, yang akan pensiun pada tahun 2024.
China juga akan berusaha membangun pangkalan bulan internasional, mungkin menggunakan teknologi pencetakan 3D, di masa depan, kata Wu pada Januari.
Program luar angkasa China telah mengkhawatirkan AS, yang khawatir bahwa Beijing akan mengancam dominasinya di ruang angkasa.
Gedung Putih mengumumkan pembentukan lengan militer baru yang disebut Angkatan Luar Angkasa awal bulan ini, dengan Presiden Donald Trump menyebut ruang angkasa “domain perang terbaru di dunia.”
